Batu Pos – Serangan drone yang dilancarkan oleh kelompok Hizbullah Lebanon pada Minggu, 13 Oktober 2024, menyebabkan sedikitnya 67 warga Israel terluka di Haifa, sebuah kota di bagian utara Israel. Di antara mereka, empat orang dilaporkan dalam kondisi kritis. Informasi ini disampaikan oleh Radio Angkatan Darat Israel dan dilaporkan oleh surat kabar harian Israel Hayom.
Kejadian tersebut terjadi ketika sejumlah drone (pesawat tak berawak) meluncur ke kamp pelatihan Brigade Golani di Binyamina, yang terletak di selatan Haifa. Menurut Hizbullah, serangan ini merupakan aksi balasan terhadap peningkatan agresi militer Israel di wilayah Lebanon. Setelah serangan, Angkatan Darat Israel melaporkan bahwa mereka telah membuka penyelidikan untuk menyelidiki kegagalan sistem aktivasi sirene ketika drone-drone tersebut memasuki wilayah Israel.
Warga di Haifa dan daerah sekitarnya, termasuk permukiman Kiryat, melaporkan mendengar ledakan tanpa adanya peringatan dari sirene, yang seharusnya berfungsi untuk memberi tahu penduduk tentang ancaman. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kesiapan sistem pertahanan Israel dalam menghadapi serangan udara yang tidak terduga.
Insiden ini terjadi di tengah eskalasi ketegangan di wilayah tersebut, di mana Israel telah meningkatkan serangan udara besar-besaran ke seluruh Lebanon sejak 23 September 2024. Serangan ini dilaporkan menargetkan apa yang diklaim Israel sebagai posisi dan infrastruktur Hizbullah. Menurut laporan, serangan udara tersebut telah menewaskan setidaknya 1.437 orang, melukai lebih dari 4.123 lainnya, dan menyebabkan lebih dari 1,34 juta orang mengungsi dari rumah mereka.
Konflik ini juga merupakan bagian dari serangkaian serangan lintas batas yang telah terjadi antara Israel dan Hizbullah. Sejak dimulainya serangan Israel ke Jalur Gaza, yang dimulai setelah aksi serangan lintas batas Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, lebih dari 42.200 orang dilaporkan tewas di Gaza, mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak.
Meskipun mendapat peringatan dari komunitas internasional tentang potensi perang regional akibat serangan Israel di Gaza dan Lebanon, Tel Aviv tampaknya tetap meluaskan konflik dengan melancarkan serangan di Lebanon selatan pada 1 Oktober 2024. Serangan ini menunjukkan bahwa ketegangan di kawasan tersebut semakin meningkat, dan warga sipil terus menjadi korban dari konflik yang berkepanjangan ini.
Ketidakpastian situasi di wilayah tersebut menyebabkan kekhawatiran tentang kemungkinan terjadinya perang skala lebih besar, yang dapat berdampak pada stabilitas kawasan Timur Tengah secara keseluruhan. Masyarakat internasional terus mendesak kedua belah pihak untuk menghindari tindakan provokatif yang dapat memperburuk situasi dan memicu lebih banyak korban jiwa.