Batu Pos – Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, mengungkapkan rencana pemerintah untuk mengimpor sebanyak 1,3 juta ekor sapi hidup. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat dan mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Sudaryono menjelaskan bahwa impor sapi hidup sangat diperlukan, mengingat populasi sapi di Indonesia saat ini tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang mencapai 270 juta jiwa. Ia menegaskan bahwa saat ini, jumlah ternak sapi di Indonesia hanya sekitar 12 juta ekor. “Jadi mohon tidak misleading bahwa seolah-olah kita ninggalin rakyat, peternak. Bukan. Kalau nggak datangkan sapi hidup, mungkin butuh waktu ratusan tahun untuk bisa sapinya beranak-pinak sampai banyak,” tuturnya saat memberikan keterangan kepada media di Jakarta pada Kamis, 10 Oktober.
Menurut Sudaryono, ada 46 perusahaan lokal dan koperasi yang telah berkomitmen untuk mendatangkan sapi hidup dari luar negeri. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki kebebasan untuk memilih sumber asal impor, dengan pertimbangan iklim dan kesesuaian lainnya. Beberapa negara seperti Meksiko dan Brasil menjadi pilihan karena kondisi iklimnya yang mirip dengan Indonesia.
Lebih lanjut, Sudaryono menyampaikan bahwa kebutuhan masyarakat akan produk pangan, khususnya daging dan susu, semakin meningkat. Ia menekankan pentingnya mendatangkan indukan sapi hidup sebagai langkah strategis untuk mencapai swasembada daging dan susu. “Tidak ada cara lain supaya swasembada adalah daging dan susu. Tidak ada cara lain untuk swasembada daging dan susu kecuali indukan hidupnya banyak,” ungkapnya, menekankan bahwa ketergantungan pada impor daging dan susu harus segera diatasi.
Dalam konteks Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Drajad Wibowo, menyatakan bahwa ada kemungkinan penyesuaian anggaran program MBG untuk tahun 2025. Sejauh ini, anggaran yang disepakati sebesar Rp71 triliun, namun Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, mencatat bahwa Program MBG akan membelanjakan anggaran senilai Rp800 miliar per hari, sehingga ada kemungkinan anggaran yang dibutuhkan akan melebihi Rp71 triliun.
Drajad menambahkan bahwa penyesuaian anggaran akan mempertimbangkan perkembangan pendapatan negara. Jika pendapatan meningkat, kemungkinan anggaran untuk program MBG juga akan naik. Namun, rincian anggaran untuk Program MBG saat ini masih mengacu pada keputusan Badan Gizi Nasional.
Dalam implementasinya, Badan Gizi Nasional merencanakan untuk membelanjakan Rp800 miliar per hari untuk membeli bahan baku menu makanan dari produk pertanian. Program ini diharapkan dapat memicu peredaran uang yang signifikan di masyarakat, serta melibatkan koperasi atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mendukung perekonomian lokal.
Rencananya, program ini akan mulai dijalankan pada Januari 2025. Namun, sebelum peluncuran resmi, Badan Gizi Nasional akan menggelar uji coba program MBG pada November 2024 dengan jangkauan daerah yang lebih luas. Dalam tahap ini, penentuan sasaran peserta uji coba akan dilakukan melalui pihak sekolah sambil mendata jumlah ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan anak sekolah untuk mendapatkan data riil.
Dadan memastikan bahwa program MBG akan dilaksanakan secara terpusat dan terkendali, di mana dana yang diterima dari negara akan langsung disalurkan ke satuan pelayanan yang mengimplementasikan program ini.