Batu Pos – Pakar jantung dan pembuluh darah, khususnya subspesialis kardiologi intervensi, dr. A. Sari Sri Mumpuni, Sp.J.P, Subsp.K.I (K), FIHA, mengungkapkan pentingnya pemahaman mengenai tindakan bantuan hidup dasar (Basic Life Support/BLS) di kalangan masyarakat. Menurutnya, pengetahuan ini sangat vital untuk menyelamatkan nyawa seseorang dalam situasi darurat, terutama ketika menghadapi kondisi seperti henti jantung atau henti napas.
Dalam penjelasannya di Jakarta pada hari Sabtu, dr. Sari menjelaskan bahwa tindakan BLS bertujuan untuk mencegah atau memperlambat kerusakan pada otot jantung sampai penyebab masalah dapat diatasi. “BLS meningkatkan peluang seseorang untuk bertahan hidup sampai perawatan medis lanjutan tersedia,” tegasnya. Tindakan ini sangat krusial dilakukan pada individu yang mengalami henti jantung atau henti napas, yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan seperti serangan jantung, tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan, kecelakaan, dan lain sebagainya.
Menurut dr. Sari, dalam waktu empat menit setelah terjadinya henti jantung atau henti napas, tindakan pertolongan harus segera dilakukan. Dalam rentang waktu tersebut, penting bagi jantung untuk kembali memompa darah dan memastikan aliran darah normal dapat terjaga. Dengan demikian, penanganan yang cepat dapat meningkatkan peluang keberhasilan resusitasi.
Langkah-langkah dalam BLS, sesuai dengan panduan dari American Heart Association tahun 2020, dimulai dengan memeriksa respons pasien. Jika pasien tidak menunjukkan respons, bernapas terengah-engah, atau tidak bernapas sama sekali, maka pasien dipastikan mengalami henti jantung. Dalam hal ini, pemeriksaan denyut nadi harus dilakukan selama maksimal 10 detik. Jika tidak terdeteksi denyut nadi, langkah berikutnya adalah memanggil bantuan dari orang-orang di sekitar.
“Saat meminta bantuan, penting untuk tetap tenang dan menghubungi petugas medis atau nomor darurat lainnya,” tambahnya. Dalam permintaan bantuan, sebutkan nama, lokasi kejadian, jenis kejadian, jumlah pasien, serta kondisi pasien dan kebutuhan yang diperlukan. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah melakukan kompresi dada (pijat luar jantung).
Posisikan diri di sebelah kanan pasien dan pastikan pasien terletak di permukaan yang datar saat melakukan kompresi dada. Kompresi harus dilakukan dengan frekuensi 100-120 kali per menit dan kedalaman 5-6 cm, dengan tekanan yang kuat dan cepat. Kompresi dada harus dihentikan jika pasien mulai merespons atau jika tenaga medis profesional sudah tiba untuk mengambil alih penanganan.
dr. Sari juga mengingatkan bahwa tahapan BLS ini khusus diperuntukkan bagi orang dewasa. “Teknik BLS untuk ibu hamil, bayi, atau anak-anak memiliki metode tersendiri yang berbeda,” ungkapnya. Dengan memahami dan menguasai tindakan BLS, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi dalam menyelamatkan nyawa di situasi darurat, sehingga meningkatkan keselamatan dan kesehatan komunitas secara keseluruhan.