Batu Pos – Dalam tiga minggu terakhir, empat kecelakaan pendaki terjadi di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Beberapa dari mereka mengalami luka serius, sementara yang lain sayangnya tidak selamat. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Yarman, mengingatkan pentingnya kesiapan fisik dan mental bagi para pendaki, terutama bagi pendaki pemula. Gunung Rinjani, sebagai gunung tertinggi kedua di Indonesia, memiliki jalur pendakian yang ekstrem, sehingga memerlukan persiapan matang.
“Pendaki pemula harus melakukan latihan fisik dan mental serta memahami medan pendakian. Selain itu, peralatan yang digunakan harus sesuai dan pendaki juga perlu mengenali kondisi cuaca di gunung,” jelas Yarman dalam keterangan yang diterima pada Sabtu (12/10).
Kecelakaan yang dialami para pendaki ini umumnya disebabkan oleh kelalaian dan pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh Balai TNGR. Berikut adalah beberapa insiden yang terjadi:
1. **Kecelakaan Wisatawan Malaysia**
Pada 16 September 2024, seorang wisatawan asal Malaysia bernama Mohd Hafidz (38) mengalami kecelakaan saat mendaki melalui jalur Sembalun, Kabupaten Lombok Timur. Saat dalam perjalanan menuju Pos II, ia terpeleset dan jatuh ke jurang ketika berusaha menghindari porter yang melintas. Meskipun berhasil dievakuasi ke Puskesmas Sembalun, ia mengalami luka di leher, punggung, dan pergelangan tangan kanan, sehingga tidak bisa berjalan.
2. **Kecelakaan Pendaki Jakarta**
Pada 29 September 2024, Kaifat Rafi Mubarrok (16), seorang pendaki asal Jakarta, terjatuh di tebing punggungan Plawangan Sembalun. Setelah delapan hari pencarian, tim SAR menemukan jasadnya di kedalaman 200 meter di sisi jalur pendakian. Kejadian ini menyoroti betapa berbahayanya medan di sekitar jalur tersebut.
3. **Kecelakaan Wisatawan Rusia**
Pada 4 Oktober 2024, seorang wisatawan asal Rusia, Rusmordovina Alexandra (44), mengalami kecelakaan di sekitar Pos 4 jalur Sembalun. Ia melakukan pendakian secara ilegal dan tidak terdaftar dalam sistem e-Rinjani. Tim SAR harus berjuang selama lima jam untuk mengevakuasinya, yang mengalami patah tulang dan pendarahan di kepala.
4. **Kecelakaan Wisatawan Irlandia**
Terakhir, pada 9 Oktober 2024, Farrel Paul (31) dari Irlandia terjatuh dari tebing setinggi 200 meter. Meskipun luka ringan di bahu, tim SAR berhasil mengevakuasi dan memberinya perawatan medis.
Menanggapi serangkaian kecelakaan tersebut, Yarman menyatakan bahwa Balai TNGR akan melakukan evaluasi lebih lanjut. Semua pendaki kini diwajibkan menggunakan porter dan pemandu. Mereka juga diimbau untuk tidak menggunakan ponsel di lokasi berbahaya dan tidak melakukan selfie yang dapat mengancam keselamatan.
Yarman menekankan pentingnya mematuhi standar operasional prosedur (SOP) dan membeli tiket pendakian melalui aplikasi e-Rinjani. Pendaki yang terdaftar resmi akan lebih mudah diawasi, sedangkan pendaki ilegal cenderung menghindar dari petugas karena takut ditangkap. Keberadaan pendaki ilegal ini bisa menjadi tantangan dalam menjaga keselamatan di jalur pendakian.