Batu Pos – Pemerintah Jerman dilaporkan telah menangguhkan penjualan senjata ke Israel, meskipun pihak Berlin menyatakan bahwa negara tersebut tidak berada di bawah embargo senjata. Informasi ini disampaikan oleh sumber yang akrab dengan situasi tersebut kepada POLITICO, mengonfirmasi sebagian dari laporan sebelumnya yang ditulis oleh tabloid Jerman, Bild.
Keputusan mengenai ekspor senjata harus mendapatkan persetujuan dari Dewan Keamanan Federal, yang terdiri dari para menteri senior. Bild melaporkan bahwa Wakil Kanselir Robert Habeck dan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock, yang berasal dari Partai Hijau dan merupakan bagian dari koalisi pemerintahan Partai Sosial Demokrat yang dipimpin oleh Kanselir Olaf Scholz, menahan persetujuan ekspor senjata sambil menunggu jaminan dari Israel bahwa senjata yang diekspor tidak akan digunakan dalam tindakan genosida.
“Pengiriman senjata ke Israel harus mematuhi aturan hukum humaniter internasional,” kata sumber tersebut, sebagaimana dikutip oleh POLITICO pada Rabu (15/10/2024). Permintaan jaminan ini dianggap penting karena pengadilan administratif Jerman dapat menghentikan proses ekspor senjata.
Sesuai dengan Undang-undang Pengawasan Senjata Perang Jerman, pemerintah diharuskan untuk memastikan bahwa senjata yang diekspor tidak digunakan untuk menyerang target sipil. Beberapa tuntutan hukum telah diajukan terhadap pemerintah Jerman untuk menghentikan ekspor senjata ke negara tersebut. “Bahaya ini harus diakui dan ditangani,” tambah sumber itu.
Menurut otoritas kesehatan di Jalur Gaza, jumlah korban tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah melebihi 42.000 orang. Meskipun pemerintah Jerman menegaskan bahwa tidak ada embargo senjata yang diterapkan pada Israel, persetujuan untuk penjualan senjata menunjukkan penurunan signifikan tahun ini. Dari Januari hingga 21 Agustus, Jerman hanya menyetujui ekspor senjata senilai 14,5 juta euro, dengan 2 persen di antaranya merupakan senjata perang, sedangkan 98 persen lainnya berupa peralatan militer non-perang seperti helm dan rompi pelindung.
Sejak Maret, Jerman belum memberikan persetujuan untuk ekspor senjata perang ke Israel. Pada tahun 2023, total persetujuan ekspor senjata Jerman mencapai 326,5 juta euro, sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, dengan sebagian besar persetujuan terjadi setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
Pada hari Kamis, Kanselir Scholz memberi tahu anggota parlemen bahwa pengiriman senjata akan segera dilanjutkan. “Kami telah menyediakan senjata dan mengambil keputusan dalam pemerintahan untuk memastikan pengiriman lebih lanjut dalam waktu dekat,” jelasnya.
Sebelumnya, seorang pejabat senior pemerintah Jerman menjelaskan penurunan penjualan senjata ke Israel disebabkan oleh kemacetan akibat perombakan angkatan bersenjata Jerman dan pengiriman senjata ke Ukraina. Pejabat itu menegaskan bahwa tidak ada embargo senjata resmi yang diterapkan.
Kewaspadaan Jerman meningkat setelah beberapa pemerintah Eropa menghadapi tantangan hukum terkait pengiriman senjata ke Israel atau memutuskan untuk membatasi pengiriman tersebut. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pekan lalu menyerukan penghentian pengiriman senjata yang mungkin digunakan di Jalur Gaza, diikuti oleh Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, dan Inggris yang telah menangguhkan beberapa penjualan senjata ke Israel.
Meskipun begitu, baik Prancis maupun Inggris tetap membantu Israel dalam menanggulangi ancaman rudal balistik dari Iran. Amerika Serikat juga mengumumkan pengiriman sistem pertahanan rudal canggih ke Israel, bersama dengan puluhan tentara untuk mengoperasikannya. Di sisi lain, pengadilan Belanda telah memblokir ekspor komponen jet tempur F-35 ke Israel karena kekhawatiran bahwa pesawat tersebut mungkin digunakan untuk menyerang sasaran sipil.